Jakarta, 5 Mei 2025 – Harga Bitcoin kembali mencatatkan reli signifikan di awal Mei dengan menembus level $97.000, naik hampir 30% dibandingkan titik terendahnya di April. Kenaikan ini memperkuat spekulasi bahwa aset kripto terbesar ini berpotensi mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dalam waktu dekat.
Reli Bitcoin ini terjadi seiring meningkatnya selera risiko investor, tercermin dari Crypto Fear and Greed Index yang kini berada di angka 55. Selain itu, pasar saham AS turut mencatat penguatan dengan indeks Dow Jones dan Nasdaq 100 masing-masing naik lebih dari 350 poin.
Beberapa faktor teknikal dan fundamental menjadi katalis utama dalam pergerakan Bitcoin saat ini. Secara teknikal, Bitcoin berhasil menghindari pola death cross pada bulan April, kondisi yang biasanya menjadi sinyal bearish. Sebaliknya, pergerakan harga justru membentuk pola double bottom dan melewati neckline di $88.830 serta sisi atas pola bullish flag, yang secara historis merupakan sinyal penguatan lanjutan.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa struktur teknikal Bitcoin saat ini sangat kuat. “Breakout di atas $96.000 memperkuat dominasi bullish. Selama BTC bertahan di atas zona support $95.280, potensi untuk menuju level psikologis $100.000 masih terbuka lebar,” ujarnya.
“Bitcoin menunjukkan momentum yang sangat kuat sejak awal kuartal kedua 2025. Secara teknikal, harga saat ini berada di atas rata-rata pergerakan 200 hari dan telah membentuk struktur dukungan yang solid di area $95.797 dan $96.441. Ini memberikan fondasi untuk pergerakan ke atas yang lebih besar,” ujarnya.
Fyqieh menambahkan bahwa selama Bitcoin mampu bertahan di atas support utama di $95.280, tekanan beli akan terus mendominasi, dengan target jangka pendek ke $98.745 hingga menembus tonggak psikologis $100.000.
Faktor kedua yang turut mendorong harga Bitcoin, dari sisi fundamental adalah meningkatnya permintaan institusional. Dana ETF Bitcoin spot mencatat arus masuk bersih sebesar $2,9 miliar hanya dalam bulan April, menambah total akumulasi menjadi lebih dari $39 miliar. Selain itu, beberapa perusahaan besar seperti Cantor Fitzgerald, Tether, dan SoftBank membentuk entitas baru bernama Twenty One yang berfokus pada pembelian Bitcoin.
“Lonjakan permintaan institusional menjadi faktor penting yang mendukung prospek bullish Bitcoin dalam jangka menengah. Saat perusahaan besar mulai memperlakukan Bitcoin sebagai aset lindung nilai atau safe haven, kepercayaan investor ritel ikut meningkat,” tambah Fyqieh.
Faktor ketiga berasal dari kemungkinan perubahan kebijakan ekonomi AS. Data terbaru menunjukkan pelemahan ekonomi dengan turunnya kepercayaan konsumen dan penciptaan lapangan kerja yang lebih rendah dari ekspektasi. Hal ini membuka kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada awal Mei ini, dan Donald Trump dapat mengupayakan kesepakatan dagang strategis untuk meredakan ketegangan global. Langkah-langkah ini dinilai bisa memperkuat daya tarik aset berisiko seperti Bitcoin.
Jika momentum ini terus berlanjut, analis memproyeksikan potensi kenaikan Bitcoin menuju kisaran $115.000 hingga $120.000 di akhir siklus pasar ini. Namun, tetap ada risiko koreksi jika harga turun di bawah area support kunci.
Meski demikian, para analis tetap mengingatkan kemungkinan koreksi jangka pendek. Level support penting di $95.280 akan menjadi penentu kelanjutan tren naik ini. Jika tekanan beli tetap tinggi, altcoin seperti Ethereum, XRP, dan Solana diperkirakan akan ikut menguat, mengikuti pola pasar bullish sebelumnya.
“Reli ini belum berakhir, tapi perlu kehati-hatian. Volatilitas tinggi bisa menghadirkan peluang dan risiko sekaligus,” tutup Fyqieh.
Artikel ini juga tayang di vritimes