Jambore GRUF 2025: Ratusan Orang Muda NTT Unjuk Aksi Iklim, Tegaskan Gerakan Berkelanjutan

4 minutes reading
Tuesday, 29 Apr 2025 06:32 0 0 Redaksi

Jambore GRUF 2025 diselenggarakan pada 29 April 2025 di Pantai Sebanjar, Alor, oleh Koalisi KOPI untuk mempertemukan ratusan orang muda NTT dalam aksi nyata melawan perubahan iklim. Dengan tema “Taramiti Tominuku,” acara ini memperkuat kolaborasi komunitas muda lewat rangkaian kegiatan seperti talkshow budaya, workshop kreatif, eksplorasi lokal, hingga penghitungan jejak karbon harian yang dikonversi menjadi penanaman pohon. Dibuka oleh Bupati Alor, Jambore GRUF menegaskan pentingnya aksi iklim berbasis lokal dan komitmen berkelanjutan dari generasi muda untuk menjaga bumi.

Alor, 29 April 2025 – Di tengah ancaman perubahan iklim yang makin nyata, Koalisi Orang Muda untuk Perubahan Iklim (Koalisi KOPI) kembali menggelar Jambore GRUF 2025, festival komunitas tahunan yang mempertemukan ratusan orang muda dari seluruh penjuru Nusa Tenggara Timur (NTT). Festival ini menjadi ruang strategis untuk memperkuat inisiatif dan kolaborasi aksi iklim komunitas orang muda di tingkat lokal.​​

Tahun ini, Jambore GRUF dilaksanakan di Pantai Sebanjar, Alor Besar, Kabupaten Alor, dengan mengusung tema “Taramiti Tominuku”, yang berarti berbeda tempat tinggal, namun satu hati—sebuah semboyan dari budaya masyarakat Abui di Alor. Tema ini merefleksikan semangat kolektif untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama, sekaligus menekankan peran penting orang muda NTT dalam menghadapi krisis iklim dan perlunya dukungan berkelanjutan dari pemerintah agar inisiatif-inisiatif ini terus berkembang.​

Jambore GRUF 2025 dibuka oleh Bupati Alor, Iskandar Lakamau S.H., M.Si, yang menyampaikan bahwa Alor juga mulai merasakan dampak krisis iklim, dalam sambutannya, Bupati Lakamau mengapresiasi kepedulian orang muda terhadap lingkungan dan menekankan harapan agar gerakan komunitas ini terus berlanjut. Ia juga menegaskan visi besar Pemerintah Daerah Alor untuk menciptakan wilayah yang aman, maju, berkelanjutan, demokratis, dan damai sejahtera.

“Bumi ini adalah titipan untuk anak cucu kita, bukan warisan dari orang tua. Kita perlu menumbuhkan cinta lingkungan melalui aksi nyata: menjaga kebersihan pantai dan sungai, serta menghentikan penebangan hutan liar,” tegas Bupati Lakamau. “Merusak lingkungan sama saja dengan merusak kehidupan itu sendiri.”ujar Iskandar Lakamau. 

Dalam beberapa tahun terakhir, partisipasi orang muda dalam upaya pelestarian lingkungan di NTT terus meningkat. Koalisi KOPI kini telah menghimpun lebih dari 700 orang muda yang aktif mengkampanyekan isu perubahan iklim di berbagai kabupaten di NTT, seperti di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Timor Tengah Utara, serta seluruh kabupaten di Pulau Flores. ​

Banyak komunitas muda menginisiasi gerakan edukasi iklim berbasis budaya lokal, mengangkat kearifan lokal untuk mendorong perubahan perilaku di tingkat akar rumput.​

“Kami percaya, krisis iklim adalah persoalan generasi sekarang, dan generasi mudalah yang paling siap menjawabnya. Tugas kami adalah memastikan ruang kreasi dan aksi itu terbuka lebar, dan membuat komunitas-komunitas di NTT semakin percaya diri membangun gerakannya secara berkelanjutan,” ujar Eda Magdalena Tukan, Ketua Komite Eksekutif Daerah Koalisi KOPI.

Jambore GRUF 2025 juga memperlihatkan kemandirian orang muda dalam mengelola aksi iklim. Banyak peserta berbagi pengalaman membangun program berbasis komunitas, mulai dari bank sampah desa dan taman konservasi, hingga edukasi lingkungan di sekolah-sekolah lokal. Semua ini dijalankan dengan sumber daya terbatas, namun didorong oleh semangat kolaborasi yang kuat.​

“Orang muda tidak hanya punya energi, tapi juga punya kepekaan. Mereka melihat krisis iklim bukan hanya soal statistik, tapi soal kehidupan sehari-hari mereka. Ini yang membuat aksi mereka sangat autentik,” ujar perwakilan dari Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis Foundation), mitra pendukung Jambore GRUF..

Melalui rangkaian acara yang sarat nilai budaya, edukasi, dan aksi nyata untuk iklim, Jambore GRUF menjadi ruang perjumpaan yang memperkuat solidaritas lintas komunitas, memperkaya pengetahuan lokal, dan menginspirasi gerakan kolektif orang muda NTT dalam menjaga bumi dan merawat masa depan bersama.

Rangkaian kegiatan meliputi talkshow budaya dan perubahan iklim, berbagai workshop seperti pewarnaan alami benang tenun, storytelling visual lewat teknik photo voice, pembuatan terumbu karang, hingga kolase kain berbasis daur ulang. Peserta juga diajak mengeksplorasi kekayaan Alor melalui kunjungan ke museum, pasar tradisional Alor Kecil, serta sentra tenun Mama Sariat.

Sebagai bagian dari komitmen nyata terhadap aksi iklim, setiap malam peserta Jambore GRUF melakukan penghitungan jejak karbon dari aktivitas harian mereka. Hasil perhitungan ini akan dikonversikan menjadi jumlah pohon yang akan ditanam, sebagai bentuk kontribusi nyata untuk mengimbangi emisi dan memulihkan lingkungan.

Jambore GRUF akan ditutup dengan sebuah festival perayaan, menampilkan band lokal, tarian tradisional, happening art, serta pembacaan puisi yang menandai semangat kolaborasi untuk merawat bumi dan membangun masa depan bersama.

Artikel ini juga tayang di vritimes

Featured

LAINNYA